Kamis 7 September 2023 PendidikanAgama Islam

  

PAI KELAS 5 PELAJARAN 3: CITA-CITAKU MENJADI ANAK SALIH

PAI Kelas 5 Pelajaran 3:
Cita-citaku Menjadi Anak Salih

Apakah kamu pernah mendengar ada orang bercita-cita menjadi anak salih? Biasanya kalau ada anak ditanya “Apa cita-citamu Nak?”. Jawabannya selalu saja “menjadi dokter” atau “menjadi insinyur”, atau “menjadi pilot”. Nah, pelajaran ini menampilkan sesuatu yang baru, yang dipelopori oleh seorang anak bernama Amin. Si Amin bercita-cita menjadi anak salih. Walaupun kelak menjadi dokter, tetapi harus menjadi dokter yang salih, atau insinyur yang salih, dan pilot yang salih.

Apa arti “cita-cita” itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cita-cita adalah “keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran, berkeinginan sungguh-sungguh”. Nah, demikianlah si Amin, selalu saja dalam pikirannya berkeinginan menjadi anak salih. Kemudian, siapa yang dinamakan anak salih itu? Apa ciri-cirinya?

Salih artinya baik. Anak salih berarti anak yang baik. Di antara ciri-ciri anak salih adalah taat kepada Allah Swt., jujur, hormat dan patuh kepada orang tua, hormat dan patuh kepada guru, setia kepada kawan, serta menghargai sesama.

ORANG JUJUR DISAYANG ALLAH

Apakah kamu ingin disayang Allah Swt.? Jawabannya, tentu saja “ya”.

Pertama, jujur kepada Allah Swt. Ciri-cirinya selalu mentaati perintah Allah Swt. di mana pun dan kapan pun.

Kedua, jujur kepada diri sendiri. Sikap jujur harus dibiasakan, karena kejujuran dapat meningkatkan prestasi dan percaya diri.

Bagaimana dengan ketidakjujuran? Perilaku tidak jujur dapat mendatangkan petaka. Contoh, bagi siswa yang menyontek ketika ujian, mereka akan dinyatakan tidak lulus.

Ketiga, jujur kepada orang lain. Semua orang pasti pernah berjanji. Misalnya, seorang siswa berjanji kepada bapak/ibu gurunya akan menyerahkan tugas PR pada hari dan tanggal tertentu.

Bila siswa tersebut memenuhi janjinya, maka gurunya akan senang dan memberikan pujian. Apa yang terjadi jika siswa tersebut tidak menepati janjinya?


HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU

Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

Orang tua terdiri atas ayah dan ibu. Dari pernikahan mereka lahirlah anak, yaitu “kita”. Mulai dari dalam kandungan lebih kurang selama sembilan bulan lamanya hingga kini besar, merekalah yang mengasuh, mem bimbing, memberi makan minum dan pakaian, mendidik, serta mengajari mengaji dan menyekolah kan. Dalam membesar kan anaknya, mereka meng hadapi berbagai masalah dalam kehidupan. Maka dari itu, mereka pun berdoa “ya Allah jadikanlah anakku ini orang salih yang taat kepada-MU dan patuh kepada orang tuanya, serta berguna bagi bangsa dan negara”.

Begitulah harapan ayah-ibu kita. Mereka tak pernah berhenti berdoa agar anaknya berperilaku salih. Jasa mereka tidak akan pernah dapat dibalas. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah kita sebagai anak menaruh hormat, setia, dan patuh kepada mereka.

Hormat dan Patuh kepada Guru

Ibu guru mengajak murid-muridnya bergotong royong. Mereka pun melakukannya secara bersama-sama. Setelah mereka selesai bekerja, ibu guru menyampaikan ucapan sebagai berikut.

  • Anak-anakku, terima kasih atas kepatuhan dan keikhlasan kalian telah ikut bergotong royong. Berarti kalian sudah mematuhi ajakan gurumu.
  • Gotong royong dapat mempermudah dan memperingan pekerjaan.
  • Anak yang hormat dan patuh tentu disayang Allah Swt.

Mengapa Harus Hormat dan Patuh Kepada Guru?

Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Banyak hal yang dapat kita peroleh dari guru, terutama mendapat ilmu pengetahuan dan keteladanan. Guru telah megajari dan membimbing kita beribadah dan membaca al-Qur’an, berbahasa yang baik, berhitung, bergaul, mengenal lingkungan alam, serta mengenal seni dan sebagainya. Selain itu, ia juga mengasuh, membimbing, memperhatikan, dan menjaga muridnya selama berada di sekolah. Begitulah jasa mereka kepada kita. Sudah seharusnya kita bersikap setia, hormat dan patuh kepada mereka.

Contoh-contoh sikap hormat kepada guru: berbicara dengan sikap santun, berbahasa yang baik dan benar, rendah hati, tidak sombong dan tidak merasa lebih pintar.


INDAHNYA SALING MENGHARGAI

Semua manusia di dunia ini bermula dari Ä€dam a.s. Kemudian manusia berkembang, di antaranya adalah “kita”. Allah Swt. menciptakan manusia itu berbagai macam bentuk dan warna. Ada yang putih, ada yang hitam, tinggi, rendah, berambut keriting, dan berambut lurus, semua tidak ada yang serupa. Demikian pula kehidupan manusia, ada yang kaya, dan ada yang miskin. Bangsa Indonesia misalnya, terdiri dari beragam suku, agama dan adat istiadat. Lalu, bagaimana kita hidup ditengah-tengah keberagaman itu? Tentu saja kita harus saling menghargai.

Sikap saling menghargai antara lain sebagai berikut.

  • Menghargai Pendirian Orang Lain   
  • Menghargai Keyakinan Orang Lain
  • Menghargai Pendapat Orang Lain

    

Latihan Soal PAI Kelas 5 Pelajaran 3

Kamu bisa mengasah pemahaman dan kemampuanmu menggunakan latihan soal yang ada pada buku modul agama atau pada buku bos.

Komentar