PAI KELAS 5 PELAJARAN 7: MARI MENGENAL RASUL-RASUL ALLAH
Sebagai seorang muslim/muslimah yang beriman mari mengenal Rasul-Rasul Allah dengan baik. Banyak sekali ajaran dan tauladan mulia dari Rasul-Rasul Allah Swt.
Apa Makna Rasul Allah?
Rasul artinya utusan. Sedangkan Rasulullah artinya utusan Allah Swt., yaitu orang yang menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikannya kepada orang lain atau umat manusia.
Alasan Allah Swt. mengutus para rasul adalah untuk memberi kabar gembira dan memberikan peringatan. Kabar gembira maksudnya menyampaikan janji Allah Swt. bagi orang yang menaati perintah-Nya. Bagi mereka diberikan kenikmatan dan kesenangan di dunia maupun di akhirat kelak.
Rasul memberi peringatan, yaitu bagi mereka yang ingkar kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya akan mendapat balasan buruk yaitu neraka jahanam.
Nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah Swt. untuk menerima wahyu. Sebagaimana manusia lainnya rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia, yaitu makan, minum, berjalan-jalan, nikah, punya anak, merasa sakit, senang, susah, semakin tua, mati, dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Tugas dan Sifat Rasul-rasul Allah
Para utusan Allah mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu memimpin manusia agar hidup sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat. Agar tugas itu sukses dan berhasil, mereka diberi sifat-sifat yang istimewa oleh Allah Swt.
Sifat tersebut lebih dikenal dengan “sifat-sifat wajib bagi rasul” artinya sifat yang harus dimiliki seorang rasul. Ada empat sifat wajib Rasul yang perlu kita ketahui, Yaitu:
- Pertama, rasul itu bersifat siddiq artinya jujur dan benar. Seorang rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan, mustahil dia berkata dusta atau bohong.
- Kedua, rasul harus amanah artinya dan dapat dipercaya. Seorang rasul mustahil khianat. Dia wajib menyampaikan amanah Allah Swt. kepada kaumnya. Semua perkataan, perbuatan dan tindakan rasul harus benar, dan tidak boleh ingkar janji.
- Ketiga, rasul bersifat tablig artinya menyampaikan. Seorang rasul harus menyampaikan pesan Allah Swt. kepada umat walaupun terasa sulit atau dianggap membahayakan. Rasul tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang telah diberikan Allah Swt. kepadanya.
- Keempat, rasul bersifat fatanah artinya cerdas, pandai dan bijaksana. Seorang rasul harus pandai dan cerdas akalnya, memiliki kekuatan berpikir yang tinggi, dan memiliki hati yang bersih atau akal budi yang tinggi. Dengan sifat ini, seorang rasul dapat menyelesaikan tugas kerasulannya dengan baik.
Mari kita teladani sifat-sifat Rasul itu semampu yang kita bisa. Mari kita membiasakan sikap seperti contoh berikut ini.
- Berbuat yang benar artinya perbuatan yang sesuai dengan perintah agama. Ucapan dan tutur kata harus baik dan benar, perilaku harus baik dan santun.
- Kalau kita dipercaya atau dititipi seseorang, kerjakanlah dengan jujur dan ikhlas. Ada pepatah lama mengatakan “sekali saja kita berbuat salah, selamanya orang tidak percaya”.
- Pesan-pesan kebaikan harus disampaikan kepada orang lain, mulailah dari diri sendiri, keluarga, kemudian kepada yang lainnya.
- Hidup harus cerdas, yaitu cerdas akal dan cerdas nurani.
Rasul Ulul ‘Azmi
1. Apa yang Dimaksud dengan Rasul Ulul ‘Azmi?
Ulul ‘Azmi artinya memiliki keteguhan/tekad. Kalau disebut rasul Ulul ‘Azmi, maka artinya rasul yang memiliki keteguhan atau tekad. Para rasul Ulul ‘Azmi memiliki keteguhan, tekad, ketabahan, dan kesabaran yang sangat kuat, serta teguh dalam menjalankan tugasnya, yaitu menyampaikan ajaran-ajaran Allah Swt.
2. Siapa Saja Rasul yang Tergolong Ulul ‘Azmi?
Rasul Ulul ‘Azmi itu adalah Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s., dan Muhammad saw.
- Nabi Nuh a.s. mengajak manusia agar menyembah Allah Swt. dan melarang memperhambakan diri kepada selain Allah Swt. Tetapi manusia di masa itu tidak mengacuhkan seruannya. Seruan Nabi Nuh a.s. itu mereka sambut dengan cemooh dan ejekan. Selama 950 tahun Nabi Nuh a.s. menyiarkan ajaran Allah Swt., tetapi umatnya tetap saja ingkar termasuk anaknya sendiri yang bernama Kan’an. Akhirnya Tuhan menurunkan kepada mereka siksaan berupa banjir besar. Hanya sedikit orang yang selamat dari banjir besar. Mereka yang selamat adalah para pengikut Nuh a.s.
- Nabi Ibrahim a.s. hidup pada masa raja Namrud yang zalim, musyrik dan kufur. Nabi Ibrahim a.s. mengajak raja Namrud dan kaumnya agar beriman dan menyembah Allah Swt. Ia ajak agar mereka meninggalkan menyembah berhala. Karena ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah Swt., maka doanya dikabulkan.
- Nabi Musa a.s. adalah putra Imran, keturunan Bani Israil. Ia hidup pada masa raja Firaun yang sangat zalim, mengaku dirinya Tuhan. Siapa yang tidak mau menuhankannya, maka orang itu akan dibunuh. Nabi Musa a.s. terus saja menyebarkan ajaran Allah Swt. kepada kaum Bani Israil seraya berdoa agar diberi kawan yang membantunya. Akhirnya diberilah Harun saudaranya yang membantu dakwahnya. Doa Nabi Musa a.s. dikabulkan Allah Swt., maka Nabi Harun a.s. diangkat Allah Swt. menjadi Rasul.
- Nabi Isa a.s. adalah putra Maryam. Dengan kekuasaan Allah Swt. beliau dilahirkan dengan perantaraan ibu saja. Keajaiban kelahiran ini menjadi ujian kepada manusia, percaya atau tidak kepada kekuasaan Allah Swt. Nabi Isa a.s. dalam menjalankan dakwahnya, diancam dan direncanakan untuk dibunuh dengan cara disalib. Namun Allah Swt. menyelamatkan Nabi Isa a.s. dengan cara diangkatkan ke alam ghaib (mi’raj). Ternyata yang terbunuh adalah orang yang menyerupai Nabi Isa a.s. yaitu Yahuza (Iskariot).
Kisah Keteladanan Nabi Muhammad saw. sebagai Ulul ‘Azmi
Sejak usia muda, Nabi Muhammad saw. terkenal jujur, tabah, sabar, bertanggung jawab, dan pekerja keras sehingga diberi julukan “al Amin” artinya terpercaya. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau tak henti-hentinya berdakwah mengajak umat manusia menyembah Allah Swt. dan meninggalkan kemusyrikan yaitu penyembahan terhadap berhala.
Dalam menyiarkan agama Allah Swt., Nabi Muhammad saw. sering dihadang, bahkan diancam akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Abu Jahal adalah orang yang paling membencinya. Pernah ketika Nabi Muhammad saw. sedang beribadah, Abu Jahal dan komplotannya datang sengaja mengotorinya dengan najis.
Nabi Muhammad saw. bukanlah sosok manusia pendendam, tidak membalas kejahatan Abu Jahal dan kawan-kawannya dengan tindakan yang sama, cukup menyerahkan persoalannya kepada Allah Swt.
Selain jujur dan pemaaf, Nabi Muhammad saw. sangat menyayangi anak yatim. Nabi pernah mengatakan: “ Barangsiapa yang memelihara dan mengasuh anak yatim dengan sebaik-baiknya, kelak mereka akan masuk surga, dan tempatnya berdekatan denganku.
Hal ini diisyaratkan Nabi dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berdekatan dan tidak terhalang apa pun”. Begitulah kepedulian Nabi Muhammad saw. kepada umatnya. Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad saw., dialah nabi dan rasul penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul setelahnya. Karena Nabi Muhammad saw. sebagai penutup, maka sering disebut dengan istilah khatamul anbiya artinya penutup atau penghabisan para nabi dan rasul.
Sikap Terpuji Para Rasul dan Rasul Ulul ‘Azmi
1. Sikap Terpuji Para Rasul
Ada sikap berbicara, sikap makan-minum, sikap berjalan, sikap bertamu, sikap waktu belajar, sikap ketika bergaul sesama teman, dengan guru, dengan orangtua sendiri atau dengan orang yang lebih tua, dan sebagainya.
Sikap terpuji para rasul itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu sikap terpuji kepada Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, dan sikap terpuji kepada sesama manusia dan alam sekitar.
Kita telah mengetahui bahwa para Rasul itu memiliki sifat wajib, yaitu sifat siddiq artinya benar, sifat amanah artinya dapat dipercaya, sifat tablig artinya menyampaikan, dan sifat fatanah artinya pandai dan cerdas. Selain itu, ada sifat dan sikap yang mereka pegang teguh yaitu menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, taat dan patuh kepada Allah Swt.
2. Sikap Terpuji Para Rasul Ulul ‘Azmi
Sikap terpuji di dalam ayat itu terdapat kata “teguh” , yaitu perjanjian yang teguh. Teguh dan sanggup menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. Ulul ‘Azmi maksudnya teguh hati, tabah, dan sabar. Mengapa diberi gelar rasul Ulul ‘Azmi karena mereka yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, akan tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang menyampaikan pesan Allah Swt. kepada umat manusia.
3. Meneladan Rasul Allah Swt. dan Rasul Ulul ‘Azmi
Meneladan artinya mencontoh. Meneladani atau mencontoh para rasul dan rasul Ulul ’Azmi. Seperti pesan Allah Swt. dalam Q.S. al-Ahqaf/46: 35 yang ditujukan kepada manusia termasuk kita.
Berikut ini contoh sifat para rasul Ulul ‘Azmi, yaitu:
- Teguh dan sabar dalam belajar,
- Teguh dan sabar dalam beribadah (salat),
- Teguh dan sabar dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah,
- Teguh dan sabar dalam mematuhi orang tua,
- Teguh dan sabar dalam pergaulan, tidak cepat marah,
- Teguh dan sabar dalam mematuhi peraturan, baik peraturan di rumah, sekolah, maupun dilingkungan tempat tinggal,
- dan seterusnya.
Komentar
Posting Komentar